Mahar yang Baik Menurut Islam: Memperkuat Cinta dan Kasih Sayang

Salam Sobat Penurut, pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai mahar yang baik menurut Islam. Mahar atau mas kawin, adalah harta atau barang yang diberikan oleh calon suami kepada calon istri sebagai bentuk tanggung jawab seorang suami dalam memenuhi kebutuhan istri secara ekonomi. Namun, pada artikel ini kita tidak hanya membahas mengenai mahar sebagai kewajiban, namun juga mengenai makna dan tujuan di balik mahar itu sendiri.

Mengenal Maharat Menurut Islam

Sebelum membahas mengenai mahar yang baik menurut Islam, kita perlu mengenal terlebih dahulu apa itu mahar menurut Islam. Dalam Islam, mahar merupakan bagian dari akad nikah. Mahkamah Agung RI sendiri dalam Putusan Nomor 2851 K/Pdt/1999 mengartikan mahar sebagai “hak yang wajib dipenuhi oleh suami pada istrinya, baik berupa uang atau barang”.

Dalam Al-Quran, disebutkan mengenai mahar dalam Surat An-Nisa ayat 4, yang berbunyi “Dan berikanlah kepada wanita-wanita itu maskawin (mahar) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan hati…”

Secara umum, mahar sebagai bagian dari akad nikah memiliki makna sebagai wujud kecintaan dan kasih sayang suami terhadap istrinya, serta sebagai bentuk tanggung jawab suami dalam memenuhi kebutuhan istri secara ekonomi. Namun, tidak semua orang memahami makna ini dengan baik dan benar, sehingga terkadang mahar hanya dijadikan sebagai formalitas belaka.

Kelebihan Mahara yang Baik Menurut Islam

❤️ Memperkuat cinta dan kasih sayang

Salah satu kelebihan dari mahar yang baik menurut Islam adalah dapat memperkuat cinta dan kasih sayang antara suami dan istri. Mahar sebagai simbol kecintaan dan kasih sayang suami terhadap istri, jika diberikan dengan kesadaran dan keikhlasan hati, dapat membuat istri merasa dihargai dan dicintai. Sebaliknya, jika mahar hanya dijadikan formalitas belaka, maka makna di balik mahar tidak akan terwujud, sehingga dapat memicu konflik dalam rumah tangga.

❤️ Memberikan kepastian dan perlindungan kepada istri

Mahar yang diberikan dalam jumlah yang wajar dan sesuai dengan kemampuan suami, dapat memberikan kepastian dan perlindungan kepada istri. Mahar menjadi hak eksklusif istri dan tidak diperbolehkan diambil kembali oleh suami tanpa seizin istri. Dalam hal perceraian, mahar juga dapat menjadi hak eksklusif istri sebagai bentuk perlindungan dan jaminan keamanan bagi kehidupan istri setelah bercerai.

❤️ Membantu memenuhi kebutuhan ekonomi istri

Dengan diberikannya mahar oleh suami, maka secara tidak langsung suami telah membantu istri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Mahar dapat digunakan oleh istri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ataupun sebagai modal usaha bagi yang ingin membuka usaha sendiri. Dalam hal ini, peran suami sebagai penopang ekonomi keluarga terpenuhi, dan istri juga merasa dihargai dan diberi kepercayaan oleh suami.

❤️ Menjaga kesatuan dan keharmonisan keluarga

Mahar yang baik juga dapat membantu menjaga kesatuan dan keharmonisan keluarga. Dalam arti, mahar menjadi alat yang memperkuat komitmen suami dan istri untuk saling mencintai dan menghormati satu sama lain. Dengan begitu, diharapkan dapat meminimalisir terjadinya konflik dalam rumah tangga, serta dapat mendorong terciptanya keseimbangan dan kebahagiaan dalam keluarga.

Kekurangan Mahara yang Baik Menurut Islam

👎🏼 Menjadi beban dalam memulai kehidupan baru

Salah satu kekurangan mahar yang baik menurut Islam adalah dapat menjadi beban dalam memulai kehidupan baru. Mahar yang jumlahnya terlalu tinggi, atau mahar yang dianggap terlalu rendah oleh calon istri, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan di kemudian hari. Selain itu, mahar yang tinggi juga dapat menghambat calon suami dalam mempersiapkan kehidupan baru, sehingga justru menjadi beban dalam memulai kehidupan baru.

👎🏼 Menjadi alat untuk mengeksploitasi perempuan

Salah satu kekurangan mahar yang baik menurut Islam adalah dapat menjadi alat untuk mengeksploitasi perempuan. Mahar yang ditetapkan dalam jumlah yang terlalu tinggi, atau dijadikan sebagai syarat untuk menikahkan calon istri, dapat menjadi alat untuk mengeksploitasi dan memeras calon istri. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menganjurkan untuk saling mengasihi dan menghormati satu sama lain.

👎🏼 Menjadikan mahar sebagai tujuan utama dalam menikah

Salah satu kekurangan mahar yang baik menurut Islam adalah jika mahar dijadikan sebagai tujuan utama dalam menikah. Dalam Islam, menikah seharusnya didasarkan pada tujuan yang lebih mulia, yaitu untuk membentuk keluarga yang harmonis, saling mengasihi dan menghormati satu sama lain, serta saling membantu dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jika mahar dijadikan sebagai tujuan utama dalam menikah, maka makna dan tujuan yang sebenarnya dari pernikahan akan semakin terkikis.

Mahar yang Baik Menurut Islam: Pandangan Ulama

❓ Apa pandangan ulama mengenai mahar yang baik menurut Islam?

Berdasarkan pandangan para ulama, mahar yang baik adalah mahar yang sesuai dengan kemampuan calon suami, dan tidak dijadikan sebagai syarat utama untuk menikahkan calon istri. Dalam hal ini, mahar yang baik juga harus diberikan dengan kesadaran dan keikhlasan hati oleh suami, sebagai wujud kecintaan dan kasih sayang terhadap istri.

Dalam buku “Tafsir Ibnu Katsir”, disebutkan mengenai mahar yang ideal, yaitu “Mahar yang baik adalah dalam bentuk harta benda yang bernilai, bisa berupa uang, emas, atau barang lainnya, dan jumlahnya ideal adalah satu dinar atau lebih. Namun, jika calon suami mampu memberikan lebih dari itu, maka tidak diperbolehkan menunjukkan kekayaannya dengan memberikan mahar yang terlalu tinggi.”

Tabel Informasi Lengkap Tentang Mahar yang Baik Menurut Islam

No Jenis Mahar Kapan Diberikan Jumlah yang Disesuaikan
1 Mahar Uang Sebelum Akad Nikah Sesuai Kemampuan Calon Suami
2 Mahar Emas Sebelum Akad Nikah Sesuai Kemampuan Calon Suami
3 Mahar Harta Berharga Sebelum Akad Nikah Sesuai Kemampuan Calon Suami

FAQ Tentang Mahar yang Baik Menurut Islam

1. Bagaimana menentukan jumlah mahar yang baik?

Jumlah mahar yang baik sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan calon suami. Dalam Islam, tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah mahar, namun disarankan untuk tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

2. Apakah mahar harus diberikan dalam bentuk uang atau emas?

Mahar dapat diberikan dalam bentuk uang, emas, atau barang berharga lainnya. Namun, sebaiknya sesuai dengan kebutuhan calon istri dan kemampuan calon suami.

3. Bagaimana jika calon suami tidak mampu memberikan mahar yang besar?

Tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah mahar dalam Islam, namun sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan calon suami. Jika calon suami tidak mampu memberikan mahar yang besar, maka dapat memberikan mahar berupa barang yang bernilai dan bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari, atau sesuai dengan kemampuan calon suami.

4. Apa hukumnya jika tidak memberikan mahar pada saat akad nikah?

Mahar merupakan bagian dari akad nikah, sehingga wajib untuk diberikan pada saat akad nikah. Jika tidak diberikan pada saat akad nikah, maka akad nikah tidak sah dan tidak dikatakan sebagai pasangan yang sah.

5. Apakah mahar dapat diambil kembali oleh suami?

Mahar tidak dapat diambil kembali oleh suami tanpa seizin istri, karena mahar menjadi hak eksklusif istri.

6. Apakah mahar dapat dipakai oleh istri untuk kepentingan bisnis?

Ya, mahar dapat digunakan oleh istri untuk kepentingan bisnis ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

7. Apa yang harus dilakukan jika suami tidak memberikan mahar pada istri?

Pada saat akad nikah, mahar harus diberikan oleh suami pada istri. Jika suami tidak memberikan mahar pada istri, maka akad nikah tidak sah dan tidak dikatakan sebagai pasangan yang sah.

8. Apakah mahar harus diberikan setelah akad nikah?

Mahar sebaiknya diberikan sebelum akad nikah sebagai bagian dari akad nikah itu sendiri.

9. Apakah mahar dapat diberikan setelah pernikahan?

Secara prinsip, mahar sebaiknya diberikan pada saat akad nikah. Namun, jika tidak diberikan pada saat akad nikah, maka dapat diberikan dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah pernikahan.

10. Apakah mahar dapat dijadikan sebagai syarat untuk menikahkan calon istri?

Tidak, mahar tidak boleh dijadikan sebagai syarat untuk menikahkan calon istri, karena menikah seharusnya didasarkan pada tujuan yang lebih mulia, yaitu membentuk keluarga yang harmonis, saling mengasihi dan menghormati satu sama lain, serta saling membantu dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

11. Apa yang harus dilakukan jika istri meminta mahar yang terlalu tinggi?

Istri dapat meminta mahar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan calon suami. Jika istri meminta mahar yang terlalu tinggi, maka perlu untuk melakukan komunikasi yang baik dan saling mengerti. Maharsesuai kemampuan merupakan prinsip utama dalam Islam.

12. Apakah dapat mengalihkan mahar ke orang lain?

Al- Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 4 menyebutkan bahwa mahar adalah hak istri. Maharnya sendiri tidak dapat dialihkan ke pihak lain atau diambil kembali oleh suami tanpa seizin istri.

13. Apakah mahar mempengaruhi keharmonisan rumah tangga?

Sejatinya mahar tidak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Namun, mahar yang baik dapat menjadi simbol kasih sayang dan membantu memperkuat keharmonisan rumah tangga.

Kesimpulan

Bagi umat Islam, mahar merupakan bagian dari akad nikah yang memiliki makna yang sangat penting. Mahkamah Agung RI sendiri dalam Putusan Nomor 2851 K/Pdt/1999 mengartikan mahar sebagai “hak yang wajib dipenuhi oleh suami pada istrinya, baik berupa uang atau barang”.

Mahar yang baik sebenarnya bukanlah mahar yang mahal dan mewah, namun mahar yang sesuai dengan kemampuan calon suami dan diberikan dengan kesadaran dan keikhlasan hati sebagai wujud kecintaan dan kasih sayang terhadap istri.

Dalam Islam, mahar juga memiliki arti yang lebih dalam, yaitu sebagai simbol kecintaan dan kasih sayang suami terhadap istri, serta sebagai bentuk tanggung jawab suami dalam memenuhi kebutuhan istri secara ekonomi. Mahar yang baik dapat memperkuat cinta dan kas

Related video of Mahar yang Baik Menurut Islam: Memperkuat Cinta dan Kasih Sayang